Pustakawan Memaknai Hari Kebangkitan Nasional

Hari Kebangkitan Nasional merupakan hari besar nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei. Pemerintah melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tertanggal 16 Desember 1959 menetapkan bahwa tanggal tersebut merupakan hari besar nasional yang bukan libur.


Pustakawan Memaknai Hari Kebangkitan Nasional


Kebangkitan nasional merupakan pernyatan sikap bangsa Indonesia untuk bersatu secara bersama - sama melawan kolonial Belanda baik secara diplomatis maupun taktis. Setelah sebelumnya secara individu ataupun golongan melakukan perlawanan dan gagal.

Momen penting ini ditandai dengan dua peristiwa besar yaitu : 
1. Berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908
2. Adanya Ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928

Semangat kebangsaan timbul dari semangat yang muncul dari organisasi - organisasi saat itu.  Indische Partij (1912) memulai dengan gerakan dan menjadi pergerakan Partai Politik pertama di Indonesia. Organisasi ini terkenal dengan tokoh Tiga Serangkainya yaitu E.F.E Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara. Organisasi ini awalnya hanya menanggapi adanya diskriminasi yang dirasakan oleh keturunan Belanda dan orang Indonesia. 
Sebelumnya juga pernah ada Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh Haji Samanhudi di Solo, yang merupakan cikal bakalnya Partai Sarikat Islam Indonesia.

Terlepas dari sejarah panjang kebangkitan bangsa Indonesia tersebut, mari kita pelajari nilai - nilai yang relevan pada masa sekarang ini. Mereka, tokoh perjuangan pergerakan nasional telah memberikan contoh bagaimana mereka berjuang melalui organisasi - organisasi yang mereka dirikan. 

Salah satu hal yang menarik adalah bagaimana mereka berjuang melalui tulisan - tulisan mereka. E.F.E Douwes Dekker adalah seorang putra keturunan Belanda dengan ibu Indonesia, beliau pemimpin redaksi De Expres. Dan dari media tersebut mereka mengobarkan semangat kebangsaan serta rasa cinta tanah air mereka. 

Aksi Tiga Serangkai mereka yakni E.F.E Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara (R.M. Suwardi Suryaningrat ) sangat luar biasa efeknya. Nyatanya pemerintah Hindia Belanda saat itu sampai menangkap mereka dan mengasingkannya. Pelajaran lain yang harus kita tahu adalah ketika mereka dalam masa pengasingan mereka tetap berjuang melalui tulisan - tulisan mereka. 

Ini seperti membukakan mata kita bagaimana intelektual manusia memang tidak bisa mati meski ditempatkan dalam situasi apa dan bagaimanapun. Melalui tulisan seseorang dapat menuangkan isi pikirannya sesuai kondisi hatinya. Bahkan dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang sampai tahap perubahan sikap.

Intelektual seseorang memang karunia yang langsung diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, akan tetapi kita harus tahu bahwa untuk mengisi dan mengarahkannya kedalam hal yang positif, harus diasah dan diarahkan. Kecerdasan manusia dapat diperoleh melalui pengalaman hidup, pembelajaran di sekolah dan dari buku - buku yang berasal dari penulis yang berkompeten dengan disiplin ilmunya. Nah dari sinilah intelektual tersebut diasah dan mengarah ke hal positif. Dri sinilah salah satu kenapa harus ada sekolah dan pelajaran sesuai kurikulum. Karena membaca saja tampa bimbingan juga akan menimbulkan pemahaman yang sepihak sehingga terjerumus kedalam paham yang salah.

Media sebagai sarana lalu lintas informasi publik mempunyai peran penting dalam sejarah manapun sesuai jamannya. Banyak sedikit terbitnya buku dari para tokoh cerdik cendikia juga merupakan indikator kualitas maju dan berkembangnya suatu bangsa, selain itu kemajuan teknologi juga berpengaruh.
Sesuai perkembangan teknologi,saat ini media sudah tidak lagi berupa koran, majalah, radio dan televisi akan tetapi sudah ada media dengan format digital lain seperti koran digital, dan saluran berita secara yang tersiar secara real time.
Selain media massa diatas ada juga berkembang media sosial. Yaitu media dimana siapapun dapat berinteraksi secara langsung dimanapun dan kapanpun menggunakan jaringan internet.

Media sosial sangatlah baik jika digunakan oleh orang yang tepat. Dewasa dan bijak dalam bersikap, didalam pikiran dan hatinya sudah terpasang filter yang baik berdasar keilmuan yang telah dipelajari.

Lalu apa peran Pustakawan dalam hal ini ? Pustakawan berperan mengedukasi generasi muda mulai dari anak bahkan usia dini kalau perlu untuk menyadari bagaimana pentingnya membaca. Bagaimana besarnya manfaat membaca bagi individu dan bangsa.

Pustakawan juga harus mampu berinovasi secara teknologi agar buku yang ada bisa bersaing dengan pesatnya perkembangan teknologi itu sendiri, sehingga tidak tenggelam ditelan jaman. Mampu menjadikan setiap koleksi yang ada menjadi sebuah sumber ilmu yang dapat mengalir tepat dipemikiran generasi muda. 

Pustakawan harus bangkit dari pola pikir lama yang hanya berurusan dengan hasil karya tercetak saja, akan tetapi harus menyadari bahwa jaman telah berkembang dan era digital telah didepan mata. Informasi menjadi bagian terpenting yang harus dikelola oleh Pustakawan. Karena tanpa semangat itu, pustakawan sebenarnya hanya bagian pelengkap yang bahkan boleh tidak ada dalam setiap lembaga.

Sekian. Terima kasih.

Subscribe to receive free email updates: