Selamat Hari Buku Nasional
Setiap tahun pada tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional. Ada peristiwa besar yang menandai dipilihnya tanggal tersebut. Tepatnya tanggal 17 Mei tahun 1980 merupakan berdirinya Perpustakaan Nasional Indonesia, Perpustakaan yang sekarang memiliki gedung megah dan termasuk terbesar tersebut.
Berbicara buku berarti kita bicara tentang membaca, karena buku dapat mengalir ilmunya setelah dibaca. Sebagaimana kebiasaan kaum cerdik cendikia, gagasan - gagasan mereka muncul dari pengalaman dan ilmu yang mereka baca dari buku. Sebut saja Bung Karno dan Bung Hatta, dalam berbagai tulisan disebutkan bahwa mereka tidak pernah lepas dari buku. Artinya kemampuan literasi memang punya pengaruh yang besar dalam perkembangan segala segi kehidupan termasuk bangsa.
Namun demikian kita cukup prihatin dengan berita yang tersiar beberapa bulan lalu, tepatnya pada sebuah portal berita terkenal DetikNews disebutkan bahwa, ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Most Littered In The World dirilis oleh UNESCO pada tahun 2016 menyebutkan bahwa dari 61 negara yang di jadikan sampel, Indonesia menempati peringkat 60 atau kedua dari bawah dalam hal kemampuan literasi pada usia anak - anak.
Baiklah, anggap saja itu penelitian yang tidak memiliki pengaruh yang berarti bagi kita, akan tetapi patut dijadikan perhatian juga bahwasanya kecenderungan anak saat ini memang menunjukkan hal yang demikian. Kualitas bacaan yang menjadi ukuran, keseharian mereka sudah terlatih membaca dan menulis tapi baru ditingkat sosial media dan sangat kecil yang berdiskusi dalam hal sains dan teknologi.
Padahal, dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, ketersediaan buku sudah bisa dibilang mudah didapatkan. Yang beralasan ribet dengan penyimpanannya sekarang sudah ada tersedia buku - buku dalam bentuk elektronik (e-book). Belum lagi disekolah - sekolah baik jenjang dasar maupun menengah yang selalu tersedia Perpustakaan sebagai lembaga pengelola buku tersebut.
Rendahnya minat baca pada anak mempunyai dampak yang kurang baik terhadap kemampuan siswa pastinya. Ini sama halnya dengan anak dengan kemampuan keilmuan yang rendah, tidak mungkin akan mempunyai daya saing yang tinggi kedepannya. Mereka akan tumbuh menjadi generasi yang tidak mengetahui jati dirinya terlebih lagi akan mudah termakan oleh berita - berita yang tidak benar (hoax). Dan tidak menutup kemungkinan akan ikut serta dalam penyebarannya, karena tidak memiliki kemampuan ilmiah yang cukup untuk menyaring setiap informasi yang diterima.
Baiklah, jika dalam hal materi sudah cukup tersedia, konten juga sudah sangat variatif dan menarik, lalu apa sebenarnya yang membuat anak sedemikian rendah minatnya membaca buku.
- Yang petama tentu faktor utama adalah pembiasaan, kita tahu semua bahwa apapun yang menjadi kebiasaan itu mempunyai pengaruh yang besar kedalam perilaku keseharian dimanapun itu. Seharusnya anak memang ditanamkan kebiasaan membaca mulai dari kecil, sekalipun belum bisa membaca. Ini akan lebih baik dibanding menunggu sampai bisa membaca.
- Mungkin motivasi yang kurang dari keluarga. Orang tua lebih suka menyuruh bermain game atau menonton acara televisi yang tentu lebih menyenangkan karena memang bisa dilakukan oleh anak kecil yang tidak bisa membaca sekalipun.
- Dan lagi - lagi memang keberadaan media itu ibarat pisau bermata dua yang kedua sisinya sama tajam. Jadi bagaimana kita sebagai orang tua bisa mengarahkan mereka untuk bisa menggunakan itulah kunci utamanya.
Dari sekian panjang pembahasan sekiranya hanya ada satu hal yang perlu kita cermati. Bahwa persentase anak tidak bisa membaca mungkin hampir nol saat ini, akan tetapi dari kemampuan membaca tersebut akan lebih baik jika diimbangi dengan kualitas bacaan yang baik, motivasi yang baik dan tentunya pembiasaan membaca yang baik pula dari lingkungan terkecil yaitu keluarga.
Karena semangat hari buku adalah semangat meningkatkan literasi yang baik, pelestarian ilmu dan budaya melalui kegemaran membaca.