Pesta Kelulusan Siswa Tingkat Akhir, Pantas atau Tidak ?

Aksi corat - coret baju seragam dan konvoi sepeda motor masih menjadi kebiasaan bagi sebagian siswa disekolah - sekolah jenjang SMP dan SMA/SMK, dalam merayakan kelulusan mereka. Bahkan tidak menutup kemungkinan siswa jenjang SD pun ikut melakukan hal yang demikian.

herisujadi.blogspot.com


Sebenarnya apa sih yang ingin mereka sampaikan dari aksi tersebut ? Sebagian besar mereka hanya merujuk pada kebiasaan yang sudah dilakukan oleh generasi - generasi sebelumnya, mereka tidak memahami ungkapan hati yang bagaimana sehingga mereka pantas melakukan demikian.

Di era saya aksi corat - coret baju dan konvoi dilakukan untuk meluapkan kegembiraan setelah sukses melewati tembok besar yang sakral bernama Ujian Nasional. Betapa tidak selama tiga tahun sekolah, kelulusan mereka ditentukan dengan Ujian Nasional yang hanya mengujikan Mata Pelajaran Nasional dengan waktu yang sudah ditentukan.

Mereka gembira karena merasa bisa lolos dari peristiwa penting tersebut, dan ternyata ada dari teman mereka juga yang gagal dan menangis karena tidak lulus Ujian Nasional. 

Ya, dulu untuk bisa lulus sekolah memang demikian keras perjuangannya. Bahkan nilai ujian nasional inipun menentukan sekolah dijenjang berikutnya. Kompetisi positif berlangsung disini, tidak boleh ada siswa malas, jangan ada murid yang tidak disiplin, kecuali mereka ingin mengakhiri kelulusan dengan isak tangis penyesalan.

Berlanjut ke aksi corat – coret dan konvoi kelulusan pada jaman sekarang, menurutmu sekeras apa perjuangan kalian. Setelah kelulusan tidak ditentukan dari ujian nasional, untuk bisa kesekolah jenjang berikutnya juga tidak usah susah payah bersaing.

Jadi mungkin benar, pesta kelulusan dalam bentuk apapun saat ini sudah tidak relevan lagi. Pantasnya adalah melakukan aksi simpatik kepada khalayak, masyarakat. Itu lebih terpuji dan bermanfaat dibanding aksi corat – coret seragam maupun konvoi kendaraan.

Bayangkan, mereka akan melakukan hal – hal ini jika itu terjadi :
  1. Berapa banyak uang yang akan mereka buang sia - sia dengan coretan mereka itu.
  2. Motor mereka pastinya butuh bahan bakar juga kan untuk bisa jalan. Belum biaya untuk kebengkel jika rusak.
  3. Hampir pasti mereka berkendara dengan tidak tertib dan bahkan mengganggu kenyamanan pengguna jalan lainnya.
  4. Resiko kecelakaan meningkat.
  5. Mubadzir. Dari pada dicorat - coret lebih baik seragam tersebut di berikan kepada orang yang membutuhkan, itu lebih manfaat.
Nah, kebiasaan ini sudah seharusnya dikikis. Tidak pernah ada berita manfaat dari aksi tersebut selain kemudharotan. Lebih baik fokus kedepan untuk belajar, mempersiapkan diri untuk menghadapi jenjang sekolah yang lebih tinggi. 
Tentu tulisan ini tidak mewakili semua siswa yang lulus, banyak juga kegiatan positif yang sudah dilakukan sebagai penggantinya oleh sebagian mereka.

Karena, selain perbuatan yang diniatkan ibadah. Ibadah yang didasari ilmu adalah sebaik - baik ibadah. 
Sekian, terima kasih.

Subscribe to receive free email updates: